Refleksi dan Gagasan Kebijakan Fiskal
Refleksi dan Gagasan Kebijakan Fiskal
Penulis: Anggito Abimanyu
Penerbit: Gramedia, Jakarta, Mei 2011, xviii+274 halaman
Pada 27 Mei lalu, tepat setahun setelah meninggalkan Kementerian Keuangan, Anggito Abimanyu meluncurkan buku kumpulan tulisannya di berbagai media nasional selama 10 tahun. Ia memasukkan 40 tulisan. Dibagi dalam enam bab, yang mayoritas isinya mengenai kebijakan fiskal. Dimulai dari masalah risiko fiskal, seperti tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah, hingga pembahasan ekonomi global mengenai pembentukan Fiscal Savety negara-negara G-20.
Bukan hanya itu. Anggito juga menganalisis kebijakan bailout Bank Century, yang pada saat itu ia juga termasuk pihak yang dicap ikut bertanggung jawab atas kerugian negara Rp 6,7 trilyun. Ia menilai, pemberian dana talangan kepada Bank Century itu sudah tepat. Alasannya, kondisi pasar global dan keuangan makro sangat buruk, sehingga dikhawatirkan akan ada rush bila bank itu ditutup.
Pandangan kontroversial Anggito dalam buku ini bukan hanya dalam kasus Bank Century. Ia berpandangan bahwa negosiasi ulang Indonesia dengan Cina dalam ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) tidak perlu dilakukan. Ia pun menyadari bahwa topik ini menentang arus pemikiran kebanyakan orang yang menginginkan renegosiasi perjanjian itu. Dalam buku ini, ia mengungkapkan bahwa renegosiasi mengharuskan Indonesia untuk lebih dahulu melakukan notifikasi kepada semua partisipan, yakni Cina dan negara-negara ASEAN.
Ulasan-ulasan kontroversial seperti itu memang layak diperdebatkan lebih lanjut, mengingat ia pernah menjadi bagian dari pemerintahan. Tapi, dalam berbagai tulisannya, ia mengaku selalu memandang banyak kasus ekonomi dari sisi netral. Sebab, selain memosisikan diri sebagai bagian dari pemerintahan, ia pun menempatkan diri sebagai akademisi. Misalnya, ia mengungkapkan sikap pemerintah yang ambivalen untuk mendorong PLN menjadi perusahaan yang besar dan kuat.
Terlepas dari banyaknya ulasan yang mengundang kontroversi, buku ini cocok bagi mereka yang ingin mendalami berbagai kebijakan ekonomi dengan segala seluk-beluknya. Sebab buku karya Anggito ini menyajikan hasil refleksi pemikiran antara seorang yang pernah menjadi pengambil kebijakan dan akademisi.
Andya Dhyaksa
Penulis: Anggito Abimanyu
Penerbit: Gramedia, Jakarta, Mei 2011, xviii+274 halaman
Pada 27 Mei lalu, tepat setahun setelah meninggalkan Kementerian Keuangan, Anggito Abimanyu meluncurkan buku kumpulan tulisannya di berbagai media nasional selama 10 tahun. Ia memasukkan 40 tulisan. Dibagi dalam enam bab, yang mayoritas isinya mengenai kebijakan fiskal. Dimulai dari masalah risiko fiskal, seperti tingkat inflasi, perubahan tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah, hingga pembahasan ekonomi global mengenai pembentukan Fiscal Savety negara-negara G-20.
Bukan hanya itu. Anggito juga menganalisis kebijakan bailout Bank Century, yang pada saat itu ia juga termasuk pihak yang dicap ikut bertanggung jawab atas kerugian negara Rp 6,7 trilyun. Ia menilai, pemberian dana talangan kepada Bank Century itu sudah tepat. Alasannya, kondisi pasar global dan keuangan makro sangat buruk, sehingga dikhawatirkan akan ada rush bila bank itu ditutup.
Pandangan kontroversial Anggito dalam buku ini bukan hanya dalam kasus Bank Century. Ia berpandangan bahwa negosiasi ulang Indonesia dengan Cina dalam ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) tidak perlu dilakukan. Ia pun menyadari bahwa topik ini menentang arus pemikiran kebanyakan orang yang menginginkan renegosiasi perjanjian itu. Dalam buku ini, ia mengungkapkan bahwa renegosiasi mengharuskan Indonesia untuk lebih dahulu melakukan notifikasi kepada semua partisipan, yakni Cina dan negara-negara ASEAN.
Ulasan-ulasan kontroversial seperti itu memang layak diperdebatkan lebih lanjut, mengingat ia pernah menjadi bagian dari pemerintahan. Tapi, dalam berbagai tulisannya, ia mengaku selalu memandang banyak kasus ekonomi dari sisi netral. Sebab, selain memosisikan diri sebagai bagian dari pemerintahan, ia pun menempatkan diri sebagai akademisi. Misalnya, ia mengungkapkan sikap pemerintah yang ambivalen untuk mendorong PLN menjadi perusahaan yang besar dan kuat.
Terlepas dari banyaknya ulasan yang mengundang kontroversi, buku ini cocok bagi mereka yang ingin mendalami berbagai kebijakan ekonomi dengan segala seluk-beluknya. Sebab buku karya Anggito ini menyajikan hasil refleksi pemikiran antara seorang yang pernah menjadi pengambil kebijakan dan akademisi.
Andya Dhyaksa