Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Saya Sehat

Mengapa Saya Sehat
Penulis: Bob Hasan
Penerbit: Gatra Pustaka, Jakarta, 2011, 200 halaman

Ahad siang pekan terakhir Oktober lalu, lapangan parkir Stadion Madya Senayan, Jakarta, dipenuhi kendaraan aneka merek. Dari yang biasa sampai yang terhitung mewah. Banyak pula atlet dan pelatih tampak hadir mengenakan kaus seragam hitam dan hijau tentara.

Rupanya di sana ada acara spesial, walau bisa ditebak bukan event lomba atletik. Sebab di sisi barat daya stadion itu berdiri tenda bernuansa merah-putih berukuran besar. Pada saat itu sedang digelar peluncuran buku bertajuk Mengapa Saya Sehat karya Bob Hasan. Dipandu Suryopratomo dan host televisi kondang, Fifi Aleyda Yahya, acara peluncuran ini berlangsung sangat cair dan penuh canda-tawa.

Acara ini terhitung unik, mengingat perhelatannya terhitung sederhana. Ia lebih memilih berada di tengah anak-anak asuhnya di Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) untuk peluncuran buku itu. Bukan di hotel mewah, walaupun ia pasti mampu melakukannya. Yang hadir pun bervariasi: para kerabat dan sahabatnya dari berbagai kalangan.

Sobatnya dari kalangan tentara, tampak hadir Letnan Jenderal (purnawirawan) Soekardi dan Mayor Jenderal (purnawirawan) Zacky Anwar Makarim. Lalu ada sahabat lamanya dari kalangan dokter, Profesor Asikin Hanafiah. Malah dua tokoh jamu Indonesia --Mooryati Soedibyo, pendiri Mustika Ratu, dan Irwan Hidayat, bos Sido Muncul-- tak mau ketinggalan datang di acara tersebut. Juga wakil Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia), organisasi yang sudah lama dibinanya.

Bukan hanya acaranya unik, "otobiografi" yang ditulisnya pun boleh dibilang langka: hanya bicara soal bagaimana ia menjaga kesehatan. Dalam sambutannya, Bob Hasan mengaku, selama ini banyak temannya meminta dia menulis buku. "Mereka bilang, pengalaman saya unik, banyak rahasia, dan banyak orang ingin mengetahuinya," ujar dia.

Dan, rupanya ia menjawab permintaan itu dengan menghadirkan buku ini genap di usianya yang sudah 80 tahun pada tahun ini. Boleh jadi, rada melenceng dari yang diharapkan banyak kawannya, ia hanya mengungkap latar belakang dan kiat-kiatnya menjaga kesehatan. Dan ia punya alasan kuat untuk itu. "Saya berpikir, ada baiknya menulis sesuatu yang berguna bagi pembaca, tapi bukan yang berat. Dengan kesehatan yang saya dapatkan, tentu baik bagi saya untuk berbagi pengalaman dengan orang lain," katanya.

Diawali dengan cerita amat singkat tentang masa kecilnya, Bob Hasan membeberkan rahasia kedisiplinan dan kesehatan yang diperolehnya hingga kini. Dengan terus terang ia mengatakan, melalui ayah angkatnya, Jenderal Gatot Soebroto, ia dapat berteman dengan para perwira militer. Demikian pula, ia tidak menafikan kedekatannya dengan Pak Harto yang membuat ia berkawan dengan sejumlah petinggi tentara dan polisi. "Dari para tentara itulah saya belajar hidup disiplin," tulis dia.

Selaras dengan judulnya, buku ini diperkaya dengan pengalaman dan kesan-kesan para dokter yang pernah merawatnya. Setidaknya ada tujuh dokter yang memberikan pendapat tentang kondisi kesehatan Bob Hasan dulu dan sekarang. Mereka umumnya takjub melihat kondisi fisik dan kesehatannya di usia setua itu.

Bob Hasan mengakhiri buku ini dengan uraian tentang kegiatan-kegiatan yang menopang kesehatannya. Ia, misalnya, sejak muda memang gemar berolahraga. Itu pula yang mendorongnya kemudian terlibat dalam pembinaan beberapa cabang, termasuk atletik. Tak ketinggalan, ia terkesan memberikan sejumlah tips tentang cara hidup sehat, termasuk cara menjaga pola makan.

Di luar paparan buku itu, ada hal menarik yang berkali-kali disampaikan Bob Hasan kepada banyak orang setelah ia menjalani operasi jantung pada 2008. Ia kerap mengatakan, "Kenapa harus ke luar negeri untuk berobat kalau bisa dilakukan di dalam negeri? Dokter-dokter kita tidak kalah jagonya dibandingkan dengan dokter luar negeri."

Pesan itulah yang barangkali juga hendak disampaikannya lewat buku ini kepada khalayak, terutama orang-orang kaya di Indonesia yang kebanyakan luar negeri minded. Pada saat itu, ia tentu saja bisa memilih pergi ke rumah sakit di Singapura, Inggris, bahkan Amerika Serikat. Tapi itu tak dilakukannya. Ia malah menjalani operasi jantung di Jakarta, di Rumah Sakit Mitra Jatinegara.

Di satu sisi, berbagai pemaparan ihwal Bob Hasan dalam buku ini jelas memberi banyak pelajaran ihwal kesehatan dan cara menjaga tubuh agar tetap sehat. Di lain sisi, tanpa mengurangi nilai dan penghargaan atas upaya penulisan buku ini, banyak hal lain yang sesungguhnya masih terpendam dalam benaknya yang belum terungkap. Teristimewa dalam relasinya dengan banyak tokoh penting dan petinggi negeri di masa lalu dan masa kini.

Sudah jadi rahasia umum bahwa ia dekat dengan banyak tokoh, baik sipil maupun militer di masa lalu dan masa kini. Tentu menarik bila suatu ketika ia bersedia mengungkapkan hal-hal yang bersifat human interest selama dalam relasi itu --kalau tidak mau menyinggung hal yang berbau politik, rahasia bisnis, atau yang bisa menyentil tokoh lain.

Persis seperti harapan yang diutarakan Mayor Jenderal (purnawirawan) Zacky Anwar Makarim dalam sambutannya pada acara peluncuran buku itu. "Kita tunggu buku karya Pak Bob selanjutnya, karena kita yakin banyak cerita yang bisa diungkapkannya, mengingat kedekatannya dengan banyak tokoh di Indonesia," kata mantan Kepala BIA, badan intelijen militer Indonesia, itu.

Erwin Y. Salim