Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kitab Cinta: Perjalanan Cinta Menuju Surga

Kitab Cinta: Perjalanan Cinta Menuju Surga
Penulis: Abu Musa Abdurrahim
Penerbit: Gema Insani, Jakarta, 2011, 282 halaman

Kata cinta yang terdiri dari lima huruf, jika didefinisikan, akan beragam arti. Cinta memerlukan ketulusan sekaligus pengorbanan. Tulus tanpa batas dan pengorbanan tanpa mengeluh. Seorang ayah yang menyuruh anaknya membeli minuman keras. Demi cintanya kepada sang ayah, apakah si anak mau melaksanakannya? Bukankah minuman keras akan merusak badan sang ayah? Bukankah agama melarang mengonsumsi minuman keras? Demi cintanya kepada sang ayah, si anak akan menolak perintah tersebut. Penolakan itu, selain menyelamatkan sang ayah daru kerusakan raga, sekaligus menaati perintah agama.

Dalam hal cinta, umat manusia selalu diuji. Jika benar-benar mencintai agamanya, ia akan diuji sejauh mana keimanannya. Seseorang juga diuji dengan hartanya, dengan istrinya, dengan anaknya, bahkan dengan orangtuanya. Ibnu Umar pernah didatangi Umar Ibnu Khaththab (sang ayah), yang menyuruh Ibnu Umar menceraikan istrinya. Karena cintanya kepada sang istri, Ibnu Umar menolaknya. Lalu Umar Ibnu Khaththab mendatangi Nabi Muhammad SAW dan menceritakan hal tersebut. Kemudian Nabi SAW berkata kepada Ibnu Umar, "Ceraikanlah!"

Imam Ahmad pernah didatangi seorang lelaki yang mengadukan kasusnya seperti yang dialami Ibnu Umar. "Jangan kau talak," kata Imam Ahmad. Tapi sang tamu membawa kisah Ibnu Umar itu kepada Imam Ahmad. Lalu, kata Imam Ahmad, "Boleh jika ayahmu seperti Umar Ibnu Khaththab." Ya, karena Umar memutuskan sesuatu tidak dengan hawa nafsu (halaman 190). Menceraikan istri dibenarkan jika sang istri nyata-nyata melanggar syariat agama. Persoalan yang terjadi pada Ibnu Umar sampai sekarang pun masih jamak kita dengar.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Thabrani dan Daruquthni, Nabi SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." Bermanfaat di sini, selain bermakna menolong, juga punya arti mencegah. Seseorang yang didasari cinta karena Allah SWT akan menolong sesamanya, sekaligus mencegah seseorang melakukan kezaliman.

Hal itu bisa disimak dalam hadis yang diriwiyatkan Bukhari dan Tirmidzi, "Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi." Para sahabat bertanya, "Ya, Rasulullah SAW, kami mengerti tentang menolong yang dizalimi. Tetapi, bagaimana cara menolong yang berbuat zalim?" Nabi SAW menjawab, "Cegahlah dia dari perbuatan zalim itu. Demikianlah cara kalian menolong mereka."

Dengan cinta, dosa seseorang bisa dihapus, bahkan berbonus pahala. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim disebutkan, "Pada suatu ketika, ada seekor anjing yang hampir mati karena kehausan mengelilingi sebuah sumur. Tiba-tiba seorang pelacur lewat. Maka, dibukanya sepatu botnya, diciduknya air dengan sepatunya, lalu diberikan minum kepada anjing itu. Maka, Allah mengampuni dosa-dosanya tersebut."

Pesan moral hadis itu adalah menolong sesama makhluk Allah dengan penuh cinta kasih. Jika kepada anjing saja kita diperintahkan untuk mengasihi, apalagi kepada sesama umat manusia.

Karena itu, kata kuncinya ada pada "Cinta karena Allah, dan benci pun karena Allah". Dengan demikian, apa pun yang dilakukan seseorang punya landasan yang benar secara syar'i. Dan itulah cinta yang bisa membawanya menuju surga. Buku ini mencoba memberi pemahaman tentang cinta dalam koridor Qurani dan hadisi.

Herry Mohammad